ARTIKEL Q

Latest Article Get our latest posts by subscribing this site

Dasar-dasar Elektro kardiografi ( EKG )


EKG
EKG

Rekaman Rutin : 12 lead
  • 3 buah bipolar standar leaf(I, II,III)
  • 3 buah unipolar limb lead (aVR, aVL, aVf)
  • 6 buah unipolar chest lead ( V1 s/d V6)
Cara membuat rekaman EKG  yang benar.
  1. Harus dicamtumkan pada kertas EKG, Nama, Jenis kelamin, umur, tanggal , jam rekaman di buat
  2. Kecepatan Rekaman : 25 mm/ detik
  3. Kekuatan Voltage : 1 mv : 10 mm
  4. Pasang elektroda yang benar
Sandapan bipolar
  • Potensial antara lengan kanan dan lengan kiri
  • Potensial antara  lengan kanan  dan tungkai kiri
  • Potensial  antara lengan kiri dan tungkai kiri  
Cara Membaca EKG
  1. Tentukan Iramanya        : sinus/ bukan, irama sinus : setiap         gelombang P diikuti QRS complek
  2. Tentukan frekuensinya : Normal/ takikardia/ bradikardia
  3. Tentukan  aksisnya
  4. Nilai gelombang P          : Normal / tidak
  5. Hitung Per Interval         : Normal memanjang/memendek
  6. Hitung QRS  compleks   : Normal / melebar
  7. Nilai ST segment             : Isoelektrik / depressi / elevasi
  8. Nilai gelombang T           : Normal / inverted/ tall & peaked
  9. Perhatikan  tanda-tanda hipertifi
Cara Menghitung Frekuensi
  • Kecepatan EKG : 25 mm/ detik
  • 1 menit = 25 x 60 = 150 mm
  • Ferkuensi permenit  :   500/a x  R-R int
  • Bila > 100 x Menit  --> Takikardi
  • < 5 x / menit --  Brakikardi
Cara menentukan aksis QRS
  1. Tentukan jumlah aljabar  amplitudo QRS di lead I & a VF
  2. Tentukan di kuadran mana vektor QRS berada
  3. Tentukan disandapan/ lead nama terdapat  keadaan  ekuiptensial (jumlah aljabar amplitudo QRS --> nol)
Note : aksis normal (-) 300 – (+) 100

Tanda –tanda iskemi dan infrak miokard
  1. Angina petoris
  2. Infrak miokard

Angina Pektoris
  • Perubahan EKG terlihat adanyan perubahan segmen ST atau gelombang T
  • Segmen ST --> depresi , elevasi
  • Gelombang T --> depresi, elevasi
  • Gelombang T -->  mendatar (flat) , bifasik, invested(Arrow lead)
  • Lokasi / daerah  iskemi atau infral


Sadapan Unipolar (Limb Lead )

  • Perbedaan potensial antara  lengan kanan , lengan kiri dan tungkai kiri terdapat  elektroda indifferen yang berpotensial nol
          VR     : Sandapan lengan kanan  yang diperkuat  (augmented)
          VL     : Sandapan lengan kiri  yang diperkuat (augmented)
          VF     : Sandapan tungkai kiri  yang  diperkuat  (augmented)
  • Sandapan  dada  unipolar (chest lead)
  • Rekaman potensial  dari satu titik  dipermukaan dada
  • Rutin                      :  6 titik  V1 dan V6
  • Bila diperlukan     : V7, V8, V9, V3R,V4R,V5R

Cara Memasang Elektroda
Untuk standar lead dan limd Lead
  1. Warna hitam     : tungkai kanan
  2. Warna  merah     : lengan kanan
  3. Warna hijau     : tungkai kiri
  4. Warna kuning    : lengan kiri

Untuk chst lead/ precordial:
  1. VI ( merah)     : ICS IV GRS sternal kanan
  2. V2 (kuning)     : ICS IV GRS sternal kiri
  3. V3 hijau         : antara V2 & V4
  4. V4 (coklat)     : ICS V GRS midclav kiri
  5. V5 Hitam     : setinggi V4 GRS  aksilaris anterior kiri
  6. V6 (unggu)     : setinggi V4 GRS aksilaris media kiri

PENANGANAN PERTAMA PENDERITA TRAUMA KIMIA PADA MATA

trauma_mata
Trauma Mata
   

 Trauma bahan kimia dapat terjadi pada kecelakaan yang terjadi di dalam laboratorium, industri, pekerjaan yang memakai bahan kimia, pekerjaan pertanian, dan peperangan memakai bahan kimia di abad modren. Setiap trauma kimia pada mata memerlukan tindakan segera. Irigasi daerah yang terkena trauma kimia merupakan tindakan yang segera harus dilakukan untuk mencegah memberikan penyulit yang lebih berat. Pembilasan dilakukan dengan memakai garam fisiologik atau air bersih lainnya selama mungkin dan paling sedikit 15-30 menit.

Bahan kimia yang dapat mengakibatkan kelainan pada mata dapat dibedakan dalam bentuk:
  1. Trauma basa atau alkali.
  2. Trauma asam.
Dibandingkan bahan asam, maka trauma oleh bahan alkali cepat merusak dan menembus kornea. Pengaruh bahan kimia sangat tergantung pada pH, kecepatan dan jumlah bahan kimia tersebut mengenai mata.

TRAUMA BASA ATAU ALKALI
    Trauma akibat bahan kimia basa akan memberikan akibat yang sangat gawat pada mata. Alkali akan menembus dengan cepat kornea, bilik mata depan, dan sampai pada jaringan retina. Pada trauma basa akan terjadi penghancuran jaringan kolagen kornea. Bahan kimia alkali bersifat koagulasi sel dan terjadi proses persabunan, disertai dengan dehidrasi. Bahan kaustik soda dapat menembus ke dalam bilik mata depan dalam waktu 7 detik.
    Pada trauma alkali akan terbentuk kolagenase yang akan menambah bertambah kerusakan kolagen mata. Alkali yang menembus kedalam bola mata akan merusak retina sehingga akan berakhir dengan kebutaan penderita.

Bahan alkali yang sering mengakibatkan trauma:
-    Amonia.
-    NaOH.
-    Ca(OH)2.

Gejala klinis pada taruma alkali:
a.    Pada kornea:
  • Membran sal rusak.
  • Terjadi kerusakan komponen vaskuler iris, badan silier dan epitel lensa.
  • Tekanan intra okuler meningkat.
  • Hipotoni akan terjadi bila kerusakan pada badan silier.
  • Kornea keruh dalam beberapa menit.
b.    Pada kelopak:
  • Margo palpebra rusak.
  • Kerusakan pada kelenjar air mata, sehingga mata menjadi kering.
c.    Pada konjungtiva:
  • Sekresi musin konjungtiva bulbi berkurang.
d.    Pada lensa mata:
  • Lensa keruh.
Klasifikasi luka bakar alkali pada mata:
a.    Menurut klasifikasi Thoft trauma alkali dibedakan dalam:
  • Derajat 1 : hiperemi konjungtiva disertai dengan keratitis pungtata.
  • Derajat 2 : hiperemi konjungtiva disertai dengan hilangnya epitel kornea.
  • Derajat 3 : hiperemi disetai dengan nekrosis konjungtiva dan lepasnya epitel kornea.
  • Derajat 4 : konjungtiva perilimal nekrosis sebanyak 50%.
b.    Menurut Hughes luka bakar alkali dibedakan dalam:
1.    Ringan/enteng:
  • Prognosis baik.
  • Terdapat erosi epitel kornea.
  • Kekeruhan yang ringan pada kornea.
  • Tidak terdapat iskemia dan nekrosis kornea ataupun konjungtiva.
2.    Sedang:
  • Prognosis baik.
  • Kornea keruh, sehingga sukar melihat iris dan pupil secara terperinci.
  • Terdapat nekrosis dan iskemi ringan pada konjungtiva dan kornea.
3.    Berat:
  • Prognosis buruk.
  • Akibat kekeruhan kornea, pupil tidak dapat dilihat.
  • Konjungtiva dan sklera pucat.
Penatalaksanaan:
  1. Lakukan irigasi dengan air selama 30 menit sebanya 2000 ml, lebih lama lebih baik.
  2. Periksa dengan kertas lakmus; pH normal air mata 7,3.
  3. Lakukan debredemen (pengeluaran benda asing).
  4. Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi.
  5. Berikan beta bloker dan diamox untuk mengatasi glukoma.
  6. Berikan steroid untuk menekan peradangan.
  7. Kolagenase inhibitor untuk menghalangi efek kolagenase.
  8. Vitamin C untukl pembentukan kolagen.
  9. Verban pada mata dan air mata buatan.
  10. Keratoplasti.

TRAUMA ASAM
    Bila bahan asam mengenai mata maka akan segera terjadi pengendapan ataupun pengumpalan bahan protein permukaan. Biasanya akan terjadi kerusakan hanya pada bagian superfisial saja. Bahan asam dengan konsentrasi berat dapat bereaksi seperti terhadap basa.
    Bila trauma diakibatkan asam keras maka reaksi sangat mirip dengan trauma basa. Pengobatan dilakukan dengan irigasi jaringan yang terkena secepatnya dan selama mungkin untuk menghilangkan dan melarutkan bahan yang mengakibatkan trauma. Biasanya trauma akibat asam akan normal kembali, sehingga tajam pengelihatan akan normal kembali.

Bahan asam yang menyebabkan trauma:
-    HCl.
-    H2SO4.
-    Dan lain-lain.

Gejala klinis:
-    Konjungtiva bulbi hiperemi dan perdarahan.
-    Tekanan Intra Okuler meningkat.
-    Tukak kornea.

Penatalaksanaan
Sama dengan penatalaksanaan pada trauma basa atau alkali.


PROSES KEPERAWATAN
a.    Pengkajian/anamnesis:
1.    Keluhan utama:
      Kapan kejadian mata terkena cairan kimia, nyeri, pandangan kabur/tidak bisa melihat, air mata kering, perdarahan, zat yang menyebabkan trauma.

2.    Riwayat kesehatan dahulu:
     Adakah kesulitan membaca, pandangan kabur, rasa terbakar pada mata, hilangnya daerah pengelihatan soliter (skotoma, mioma, hiperopia).

Perlu juga mengkaji status okiler umum pasien seperti:
  • Apakah mengenakan kaca mata atau lensa kontak?
  • Apakah sedang mendapatkan asihan teratur seorang ahli oftalmologi?
  • Kapan pemeriksaan mata terakhir?
  • Apakah tekanan mata diukur?
  • Apakah pasien mengalami kesulitan melihat (fokus) pada jarak dekat atau jauh?
  • Apakah ada keluhan dalam membaca atau menonton televisi?
  • Bagaimana dengan masaalah membedakan warna, atau masalah dengan penglihatan lateral atau perifer?
  • Apakah pasien pernah mengalami cidera mata atau infeksi pada mata? Bila ya, kapan?
  • Masalah mata apa yang terdapat dalam keluarga pasien?
3.    Pemeriksaan fisik:
    Dilakukan pemeriksaan fisik dari ujung kepala sampai ujung kaki seperti pada kasus umum lainnya, hanya saja pada kasus mata perlu lebih dikaji mengenai :
  • Apakah terjadi pada satu atau kedua mata?
  • Kerusakan membran sel pada mata.
  • Kerusakan komponen vaskuler iris, badan silier dan epitel lensa.
  • Tekanan intre okuler meningkat.
  • Hipotoni.
  • Kekeruhan kornea. Kerusakan margo palpebra.
  • Kerusakn pada kelenjar air mata. Mata kering.
  • Sekressi musin konjungtiva bulbi berkurang.
  • Lensa keruh.
  • Perdarahan pada mata.
  • Tukak kornea.

b.    Diagnosis keperawatan
Berdasarkan data pengkajian, diagnosa keperawatan utama klien meliputi:
  1. Nyeri berhubungan dengan cidera, inflamasi, peningkatan TIO atau intervensi bedah.
  2. Ketakutan dan ansietas yang berhubungan dengan gangguan pengelihatan dan kehilangan otonom.
  3. Perubahan sensoris/persepsi (visual), yang berubungan dengan trauma okuler.
  4. Kurang pengetahuan mengenai perawatan praoperasi dan pascaoperasi.
  5. Kurang perawatan  diri yang berhubungan dengan kerusakan pengeliihatan.
  6. Isolasi sosial yang berhubungan dengan keterbatasan kemampuan untuk berpartisipasi dalam aktivita pengalih dan aktivitas sosial sekunder akibat kerusakan penglihatan.

c.    Intervensi.
Diagnosa 1: Nyeri
  1. Gunakan balutan maata untuk membatasi pergerakan bola mata.
  2. Istirahatkan mata yang tidak terkena trauma.
  3. Berikan ruangan dengan pencahayaan yang lebih gelap dari yang diperlukan..
  4. Instruksikan pasien untuk menghindari membaca bebrapa waktu setelah trauma.
  5. Kolaborasi dengan tim medis guna pemberian analgetik dan antibiotik .
Diagnosa 2: Ketakutan dan ansietas
1.    Jelaskan hasil pemeriksaan fisik dan pemeriksaan diagnostik pada pasien.
2.    Jelaskan diagnosis dan rencana penanganan pada pasien.
3.    Libatkan pasien dalam setiap tindakan dan pengambilan keputusan.
4.    Berikan perasaan kontrol dan otonom pada pasien atas asuhan keperawatan untuk dirinya.

Diagnosa 3: Deprivasi sensoris.
1.    Berikan reorientasi kepada pasien secara berkala trhadap realitas dan lingkungan.
2.    Berikan jaminan, penjelasan dan pemahaman atas status asuhan pasien saat ini.
3.  Setiap orang yang masuk kamar pasien harus berbicara dan memperkenalkan diri guna menghindari pasien terkejut.

Diagnosa 4: Kurang pengetahuan

1.    Jelaskan pada pasien tentang keadaannya sakitnya.
2.    Jelaskan pada pasien prosedur yang akan dilakukan.
3.    jelaskan pada pasien apa yang harus ia lakukan dalam pelaksanaan pengobatan.

Diagnosa 5: Kurang perawatan diri
1.    Dorong pasien untuk melakukan peraawatan diri sebanyak mungkin.
2.    Berikan bantuan jika perlu.
3.    Libatkan keluarga dalam memenuhi kebutuhan pasien.
4.    Dekatkan barang-barang yang dibutuhkan pasien kedekat tempat tidur.

Diagnosa 6: Isolasi sosial
1.    Berikan kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan perasaannya.
2.    Bantu pasien berjalan melakukan koping dan menyesuaikan diiri terhadap lingkungan.
3.    Dorong pasien untuk menerima pengunjung dan bersosialisasi.
4.    Beri aktivitas pengalihan sesuai ketertarikan pasien.
5.    Libatkan keluarga dalam membangun rasa percaya diri pasien.

Referensi:
Elkington A.R., dan Khaw P.T., 2000. Petunjuk Penting: Kelainan Mata (ABC of Eyes). Jakarta. EGC.
Hidayat R.S., dan Jong W.D., 1997. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi. Jakarta EGC.
Ilyas S., 2003. Penuntun Ilmu Penyakit Mata Edisi Kedua. Jakarta. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Roper M.J., dan Hall. 1995. Kedaruratan Mata (Eye Emergencies). Jakarta. Hipokrates.
.
Smeltzer S.C., dan Bare B.G., 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah: Brunner & Suddarth Edisi 8. Jakarta. EGC

Standar Operasional Prosedur Defibrilasi

defibrilasi
defibrilasi

Tujuan :
Untuk menentukan adanya fibrilasi ventrikel dengan cara memberikan arus listrik melewati dinding dada pasien. Fibrilasi yang dilakukan dengan segera telah memperlihatkan peningkatan yang berarti meyerupai tindakan resusitasi yang berhasil.

Indikasi
Fibrilasi ventrikel
Takikardi ventrikel pada pasien tidak sadar atau nadi sangat lemah.
Bila ada kemungkinan yang memperlihatkan asistole dan mengarah pada fibrilasi ventrikel.

Kontraindikasi
Tidak ada.

Kemungkinan komplikasi
  1. Kulit terbakar karena lempeng atau bantalan defibrilator.
  2. Kerusakan miokardium.

Peralatan
  1. Defibrilator
  2. Pasta elektrode
  3. Mesin EKG
  4. Troli kardiak arest.
  5. Suction (mesin penghisap).
  6. Resusitasi kardiopulmoner (RPJ)/ Resusitasi Jantung Paru (RJP)
Prosedur :
  1. Kaji pasien untuk memastikan bahwa denyut nadi pasien benar-benar lemah.
  2. Letakkan defibrilator hingga bantalan  dapat dengan mudah mencapai dada pasien.
  3. Hubungkan defibrilator dengan sumber listrik. (Jika defibrilator menggunakan batterai sebagai arus listrik, hubungkan pada batterai hanya bila akan digunakan).
  4. Tekan tombol power in, dan yakinkan bahwa indikator cahayanya on. Hampir sebagian besar unit mempunyai sirkuit sinkronisasi yang harus dalam keadaan off atau tidak terpasang untuk menangani fibrilasi ventrikel.
  5. Olesi seluruh permukaan fibrilator dengan pasta elektrode, tipis dan merata.
  6. Tentukan tingkat energi yang tepat pada mesin. Energi yang digunakan pada upaya defibrilasi pertama harus pada 200-300 joule.
  7. Tekan tombol baik pada mesin atau pada bantalan fibrilasi itu sendiri.
  8. Perhatikan jarum pada petunjuk arus sampai menunjukkan tingkat yang telah ditentukan,dengar kan bila ada tanda atau alarm yang menunjukkan energi penuh.
  9. Gosok atau usap dada pasien untuk membersihkan dari keringat atau larutan lain.
  10. Pasang bantalan fibrilator pada dada dengan lembut, walaupun dengan ditekan. Pasang satu bantalan tepat disebelah kiri dari bagian atas sternum dan di bawah klavikula dan satu bantalan yang lain diletakkan tepat disebelah kirindari apeks jantung dan garis midaksila. Posisi elektrode v1 dan v6 dari EKG 12 sadapan harus terlihat efektif.
  11. Operator memerintahkan semua personel untuk menjauh dan melepaskan semua peralatan yang sedang dipegang yang berhubungan dengan pasien atau tempat tidur. Operator harus melihat untuk mematikan semua personel telah menjauhi tempat tidur.
  12. Gunakan tekanan pada bantalan defibrilator lebih dari 220 pound, dan secara bergantian tekan tombol pada bantalan defibrilator untuk mengalirkan arus listrik.
  13. Periksa nadi pasien.
  14. Kaji pola EKG setelah defibrilasi, lanjutkan dengan melakukan RJP selama tidak dilakukan defibrilasi.
  15. Jika fibrilasi ventrikel berlanjut, dengan segera ulangi langkah 6-14. Yakinkan bahwa pasta elektrode masih cukup tersedia pada setiap bantalan defibrilator.
  16. Jika fibrilasi ventrikel masih terus berlanjut, ulangi langkah 6-14 dengan tingkat energi 360 joule.
  17. Jika defibrilasi ke tiga tidak berhasil, lanjutkan RPJ dan lakukan algorithm edvance cardiac life support dengan tepat.

Tindak lanjut
Kaji pasien dari adanya kulit terbakar dan obati bila diperlukan .
Bersihkan pelumas dari dada pasien dan pada bantalan defibrilator.
Monitor, laporkan dan catat tanda-tanda vital secara terus menerus sampai keadaan stabil.

Sumber :
MANCINI, Mary E.
Pedoman praktis prosedur keperawatan darurat = pocket manual of emergency nursing procedures / Mary E. Mancini R.N, Jakarta : EGC 1994

PENILAIAN PENDERITA (TRIAGE)

triage
Triage
Definisi Gawat Darurat

  • Definisi gawat adalah suatu keadaan karena cedera maupun bukan cedera yang mengancam nyawa pasien. Contoh : penderita sakit kanker
  • Definisi darurat adalah suatu keadaan karena cedera maupun bukan cedera yang membutuhkan pertolongan segera. Contoh : pasien yang menginjak paku.
  • Definisi gawat darurat adalah suatu keadaan karena cedera maupun bukan cedera yang mengancam nyawa pasien dan membutuhkan pertolongan segera. Contoh : pasien tang tersedak makanan, penderita dengan serangan jantung.
Fase – Fase Saat Tiba di Tempat Kejadian.
Sebelum melakukan pertolongan harus diingat bahwa tidak jarang anda memasuki keadaan yang berbahaya. Selain resiko dari infeksi anda juga dapat menjadi korban jika tidak memperhatikan kondisi sekitar pada saat melakukan pertolongan. Ingatlah prioritas keamanan pada saat memasuki daerah tugas.

a.  Keamanan anda
    Nampaknya egoistis, namun kenyataan adalah bahwa keamanan diri sendiri merupakan prioritas utama. Mengapa? Karena bagaimana kita akan dapat melakukan pertolongan jika kondisi kita sendiri berada dalam bahaya. Akan merupakan hal yang ironis seandainya kita bermaksud menolong tetapi karena tidak memperhatikan situasi kita sendiri yang terjerumus dalam bahaya.

b.  Keamanan lingkungan

    Ingat rumus do no further harm karena ini meliputi juga lingkungan sekitar penderita yang belum terkena cidera. Sebagai contoh adalah saat mendekati mobil yang sudah mengalami kecelakaan, dan keluar asap. Ingatkan dengan segera para penonton untuk cepat-cepat menyingkir karena ada bahaya ledakan/api

c.  Keamanan penderita

    Betapapun ironisnya, tetapi prioritas terakhir adalah penderita sendiri, karena penderita ini sudah cidera sejak awal. Apapun yang dilakukan pada penderita ingatlah untuk do no further harm .

3.  Langkah – langkah Penilaian Penderita.
   Setelah lokasi kejadian aman (termasuk anda sudah memakai alat proteksi diri), maka anda akan mendekati penderita. Dalam keadaan ini ingat bahwa yang kemudian harus dilakukan adalah berturut-turut :
  • Kesan umum (mengenai penderitanya) 
  • Respon penderita (sadar ?) 
  • Atasi keadaan segera yang mengancam nyawa. 
  • Keadaan apa yang dengan segera akan menyebabkan kematian ? jawabannya adalah masalah ABC = Airway – breathing – Circulation ( jalan napas, pernapasan dan sirkulasi darah). Karena itu yang harus dilakukan saat ini adalah : kesan umum (mengenai penderitanya), respon penderita, masalah Airway, masalah breathing, masalah circulation.
a.  Lihat Kesan Umum
    Ini kita lakukan sambil mendekati penderita. Yang dicari pada saat ini adalah : keluhan utama (apa yang membuat kita dipanggil, atau keluhan apa yang membuat penderita mencari kita?). Sebenarnya menilai kesan umum mengenai penderita sudah dapat kita lakukan dengan melihat sekilas keadaan di lokasi maka saat kita mendekati penderita kita sudah tahu bahwa ini adalah korban kecelakaan lalu lintas, korban kerusuhan atau disebabkan penyakit yang tiba – tiba menyerang penderita yang memegang dadanya dan kesakitan, kemungkinan ini serangan jantung. Kadang – kadang mencari keluhan utama ini sangat mudah, tetapi bisa juga sangat susah. Seperti contoh korban KLL tadi: jangan salah, apakah karena kecelakaan korban menjadi tidak sadar atau korban yang tidak sadar ini sebenarnya tidak sadar terlebih dahulu lalu mengalami kecelakaan?
   Atau contoh berikut : kita mengetahui adanya penderita yang jatuh pingsan. Apakah pingsan dulu baru jatuh, atau karena jatuh menjadi pingsan.
Atau contoh berikut : anak muda dalam keadaan pingsan, dan kesulitan bernapas: apakah penyakit biasa atau overdosis obat – obatan. Untuk dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti diatas, kita perlu juga bertanya kepada orang-orang di sekitar penderita.

b.  Periksa kesadaran penderita
    Mulailah dengan berbicara kepada penderita dengan memperkenal kan diri anda, katakan nama dan jabatan anda. (suatu hal yang tidak terlalu sering dilakukan di Indonesia). Apabila penderita nampaknya pingsan, anda dapat melakukannya dengan menepuk – nepuk tangannya, sambil mengatakan : “Pak, pak anda kenapa?”. Kemudian nilai respons penderita apakah membuka mata sambil menjawab, hanya membuka mata atau diam saja. Pada keadaan dimana ada kemungkinan cedera tulang belakang, berhati-hatilah. Lebih baik sambil berbicara kepada penderita (sambil menilai kesadarannya) kita memasang alat proteksi tulang belakang, atau kita memegang (fiksasi) kepalanya.
    Ada 4 tingkat kesadaran yang dapat kita cari untuk memudahkan biasanya disingkat dengan A.S.N.T. (Awas, Suara, Nyeri, Tidak sadar) atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan A.V.P.U yaitu Alert (sadar), Voice (suara), Pain (nyeri), dan Unresponsive (tidak ada respon).
A - Awas (sadar penuh)

Penderita sadar dan masih jelas orientasinya (orientasi orang, waktu, tempat)
Pada keadaan ini biasanya penderita dapat menjawab dengan baik semua pertanyaan atau jawaban penderita sesuai dengan pertanyaan yang diajukan, barulah kita dapat mengatakan bahwa penderita dalam keadaan sadar penuh. Pertanyaannya pun sederhana seperti :
a)    Nama bapak siapa?
b)    Bapak saat ini dimana?
c)    Hari ini hari apa?
Dalam bahasa kedokteran , ini berarti bahwa orientasi akan orang, waktu dan tempat adalah baik.

S – Suara (respon terhadap suara)
Penderita hanya berespon saat ditanya. Dikatakan bahwa penderita tersebut berespon pada rangsangan suara. Saat kita bertanya (merangsang dengan suara), penderita lalu membuka mata, atau mengeluarkan suara.

N – Respon terhadap Nyeri

Penderita hanya membuka mata, atau mengeluarkan suara saat kita merangsang dengan mencubit. Sebenarnya mencubit yang paling nyeri adalah daerah puting susu, tetapi di Indonesia hal ini sebaiknya tidak dilakukan, cubitlah pada daerah lengan saja atau daerah dada dengan keras.

T – Tidak ada respon sama sekali
Pada saat dicubit tidak ada respon sama sekali maka apapun yang kita lakukan biasanya penderita tidak memberikan respon sama sekali.

Kadang – kadang hal ini juga sulit apabila terdapat pengaruh obat – obatan, atau di bawah pengaruh obat – obatan. Pada orang mabuk atau dibawah pengaruh obat, juga dapat sulit menilai kesadaran (misalnya : kesadaran : nampaknya berespon terhadap suara, namun penderita mabuk).  Apabila penderita tidak ada respons, panggil bantuan ambulans.

c.    Memastikan jalan nafas adekuat
     Apabila penderita dapat berbicara, untuk sementara dapat dianggap bahwa jalan nafasnya baik-baik. Catatan: apabila berbicara ,tetapi tidak dapat menyelesaikan satu kalimat (terbata-bata) maka kemungkinan ada sedikit kemungkinan ada gangguan pada pernafasan.
Apabila penderita tidak dapat berbicara (pingsan, dibawah pengaruh obat-obatan dsb), maka nilailah dengan :
  1. Melihat ( adakah pernafasan ? )
  2. Meraba ( adakah arus udara keluar dari mulut /hidung ?)
  3. Mendengar ( adakah arus udara ?)
Apabila pernafasan berbunyi  (mengorok, bunyi kumur-kumur, stridor ), maka dianggap ada gangguan jalan nafas.

d.  Memeriksa pernafasan
   Apabila penderita dapat berbicara tanpa terbata-bata, maka pernafasannya baik. Apabila penderita kesadarannya menurun sehingga tidak dapat diajak berbicara perhatikan hal-hal seperti berikut :
1)    Lihat : Berapa frekuensi pernafasannya ?
       Jumlah pernafasan normal
       Kelompok Usia    Jumlah Pernapasan
  • Bayi    25 – 50 x/menit
  • Anak    15 – 30 x/menit
  • Dewasa    12 – 20 x/menit

2)    Apakah ke-2 sisi dada mengembang secara simetris
3)    Apakah ada tanda kebiruan (sianosis)
4)    Apakah ada tanda-tanda sesak : pernafasan yang memaksa, pengembangan dada yang tidak normal
5)    Dengar : apakah ada bunyi bengek (seperti pada asma)

e.    Menilai Sirkulasi
     Peganglah tangan atau kaki penderita. Apabila terasa dingin, kemungkinan penderita dalam keadaan syok, tetapi bisa juga karena cuaca dingin. Karena itu carilah dengut nadi radialis di daerah pergelangan tangan. Apabila tidak teraba denyut nadi radialis, raba denyut nadi karotis ( di leher ). Apabila denyut nadi kecil  dan cepat serta tangan/kaki dingin maka penderita dalam keadaan syok. Apabila penderita tidak sadar , raba denyut nadi leher. Lakukan kontrol pada perdarahan yang serius dengan segera

f.    Pemeriksaan Penderita
      Pemeriksaan fisik penderita terdiri dari 2 bagian :
1)    Pemeriksaan tanda vital
       Tanda-tanda vital yang diperiksa adalah :
  • Pernafasan penderita
  • Nadi
  • Kulit
  • Pupil
  • Tekanan darah ( jika mampu)
Lakukan pemeriksaan tanda vital ini secara berulang kali, karena keadaan dapat berubah setiap saat.
a)    Laju pernafasan penderita
     Pernafasan terdiri dari 1x menarik nafas (menghirup) dan 1 x membuang nafas. Jumlah normal setiap pernafasan /menit berubah-ubah karena jenis kelamin dan usia. Pada orang dewasa jumlah itu sekitar 12-20x/menit, anak-anak 15-30x/menit, bayi 25-40 x/menit.
     Menghitung pernafasan penderita anda lakukan dengan cara lihat, dengar dan raba. Hitung jumlahnya setiap kali dada/perut berkembang selama periode 30 detik, kemudian kalikan 2 .
Dalamnya pernafasan memberi petunjuk terhadap banyaknya udara pada saat menghirup. Untuk mengukur kedalaman bernafas yaitu dengan cara meletakan tangan di atas dada penderita dan merasakannya, juga dapat dengan merasakan gerakan perut.
     Manusia normal akan bernafas tanpa usaha ekstra menarik nafas (inspirasi) lebih pendek dari pada menghembuskan nafas (ekspirasi) normal inspirasi : ekspirasi = 1 : 2.

Keadaan pernafasan yang tidak normal yang harus dikenali adalah :
  • Pernafasan yang pendek dan cepat (lebih sering dari normal), ini biasanya menandakan kesulitan bernafas.
  • Pernafasan yang sangat lambat

b)   Nadi
      Setiap kali jantung berdenyut, pembuluh darah nadi (arteri) akan mengembang dan dapat diraba. Dengan meraba nadi kita akan mengetahui denyut jantung. Ketika anda mengukur nadi , catatlah :
  • Kecepatan nadi (frekuensi)
  • Kekuatan nadi (nadi yang normal lengkap dan kuat )
  • Irama nadi (nadi yang normal mempunyai jarak tetap antara setiap denyutan)
Nadi dapat dirasakan di beberapa titik diantaranya :
  •      Arteri radialis - sendi pergelangan tangan
  •      Arteri karotis -di leher
  •      Arteri brakialis – di lengan atas terutama pada bayi
  •      Arteri femoralis – di pangkal paha
Cara memeriksa nadi radialis:
  1. Suruh penderita untuk berbaring atau duduk
  2. Sentuh dengan lembut titik nadi dengan 2 atau 3 ujung jari ( hindari menggunakan ibu jari )
  3. Hitung jumlah denyutan. Hitung selama 15 detik kemudian kalikan jumlahnya dengan 4. Jika nadi tak teratur, lambat atau sulit didapatkan, hitung denyut dalam 30 detik kemudian kalikan 2.
  4. Catat denyut nadi dan semua tanda vital lainnya.

c)    Kulit
       Menilai suhu, warna dan kondisi kulit dapat memberitahu tentang sistem peredaran darah penderita.
Suhu kulit :
  • Normal suhu tubuh adalah 37 C.
         Suhu dapat berbeda di berbagai bagian tubuh , pada proses peradangan di kaki misalnya maka kaki yang bersangkutan akan lebih panas.
  • Warna kulit :
       Warna kulit dapat berubah karena kelainan jantung , paru, ataupun permasalahan lainnya , contoh : Pucat, mungkin disebabkan oleh syok/ serangan jantung. Mungkin juga disebabkan karena ketakutan, pingsan atau kelainan emosi. Kemerah-merahan, mungkin disebabkan karena tekanan darah yang tinggi, penyalahgunaan alkohol (mabuk ) , tersengat matahari, serangan demam ,atau pada penyakit infeksi. Kebiru-biruan adalah selalu masalah serius, tampak pertama kali pada ujung jari dan sekitar mulut. Umumnya, disebabkan karena kadar CO2 seperti pada syok, serangan jantung atau keracunan. Kekuning-kuningan  mungkin disebabkan karena penyakit hati . Kehitaman atau warna biru tua yang setempat ( lokal) adalah hasil dari darah merembes atau meresap di bawah kulit. Biasanya disebabkan oleh cedera atau infeksi.
Jika penderita berkulit  gelap, kita dapat memeriksa perubahan warna kulit pada bibir, kuku, telapak tangan , cuping telinga, daerah putih pada mata, permukaan sebelah dalam pada kelopak mata, gusi atau lidah .
  • Kondisi kulit :
      Kulit biasanya kering, apabila kulit lembab atau basah itu mungkin menunjukkan syok, kegawatdaruratan panas atau kegawatdaruratan pada diabetes.

d)    Pupil
      Pupil adalah bulatan hitam di tengah pada bola mata pupil akan mengecil saat mendapatkan sinar dan melebar saat kekurangan sinar. Kedua pupil harus sama ukurannya kecuali ada cedera.
Cara melihat pupil : sorotkan senter anda kesalah satu mata penderita dan lihat apakah pupil mengecil pada respon cahaya. Jangan menyorot lebih dari beberapa detik karena penderita merasa tidak nyaman.
Bentuk kelainan pupil :
  • Tidak ada reaksi pupil terhadap cahaya
  • Pupil tetap mengecil ( disebabkan over dosis obat )
  • Pupil tidak sama  ( disebabkan cedera kepala atau stroke )

2)    Pemeriksaan seluruh tubuh ( dari kepala sampai kaki)
 (1)    Pemeriksaan kepala
      Menilai seluruh kepala ,termasuk tulang tengkorak, wajah dan rahang, juga memeriksa pupil untuk ukuran dan refleks cahaya.

Gunakan kata kunci BTLS untuk memeriksa :
     B-Bentuk
    Periksalah tulang tengkorak, tulang wajah,dan rahang untuk tanda-tanda dari deformitas (ada tulang yang masuk kedalam ?). Juga periksa gigi .
     T-Tumor
    Pembengkakan selalu menyertai cedera pada kepala
     L-Luka
    Cedera terbuka pada kepala dapat menyebabkan perdarahan yang banyak , hal ini dapat mengganggu Airway.
     S-Sakit
    Adanya nyeri ketika palpasi pada kepala .

(2)    Leher
Di sini terdapat pembuluh darah besar dan jalan nafas, sehingga cedera dapat berakibat sangat parah. Untuk memeriksa leher gunakan kata kunci BTLS untuk memeriksa.
     B-Bentuk
    Periksalah apakah trakea masih di tengah. Pergeseran dapat menandakan keadaan sangat darurat.
     T-Tumor
   Gumpalan darah di leher dapat mengganggu jalan nafas. Juga udara dapat bocor dari trakea dan menyebabkan pembekakan daerah leher, yang kalau diraba seperti ada pasir di bawah kulit.
     L-Luka terbuka
    Cedera terbuka pada leher dapat menyebabkan perdarahan yang banyak .hal ini dapat terjadi masuknya udara dalam pembuluh darah untuk itu perlu ditekan  secara manual pada daerah yang mengalami perdarahan.
     S-Sakit
    Tekanlah leher secara lembut untuk mengetahui adanya nyeri.
Bila ada kemungkinan terjadi cedera tulang leher, pertahankan stabilisasi manual pada kepala dan leher sampai penderita bisa dilakukan imobilisasi seluruhnya.

(3)    Dada
Untuk memeriksa dada :
     B-Bentuk
Perhatikan susunan tulang iga
     T-Tumor
    Jika terdapat pembengkakan atau tanda kebiruan, maka kemungkinan ada cedera.
     L-Luka terbuka
Jika luka meluas kedalam rongga dada, udara dapat masuk kesekitar paru-paru dan menyebabkan penderita kesulitan bernafas. Tutuplah luka tersebut sebisanya, tetapi harus dengan pembalut yang kedap udara.
     S-Sakit
Saat meraba dada, tanyakan penderita jika dia merasakan sakit.

(4)    Perut ( Abdomen )
Untuk memeriksa abdomen :
      B-Bentuk
Jarang ditemukan kelainan bentuk pada perut, bila ada sering karena cedera.
      T-Tumor
    Pembengkakan atau perubahan warna kulit adalah tanda adanya cedera abdomen.
      L-Luka terbuka
Luka terbuka pada abdomen akan dapat menyebabkan keluarnya organ intra abdomen. Tutuplah dengan kasa steril yang dibasahi dengan cairan NaCl.
      S-Sakit
Biasanya penderita sudah akan mengatakan sakitnya dimana (kecuali bila penderita tidak sadar). Mulailah meraba perut penderita dari bagian yang tidak nyeri terlebih dahulu, terakhir pada bagian yang nyeri.

(5)    Panggul
Untuk memeriksa panggul :
     B-Bentuk
Berbeda dengan tulang-tulang pada lengan dan kaki, maka kelainan bentuk pada tulang panggul tidak selalu jelas. Rabalah tulang untuk merasakan kelainan bentuk.
     T-Tumor
Carilah pembengkakan dan perubahan warna sekitar tulang panggul.
       L-Luka terbuka
Panggul sering terluka, namun biasanya tidak serius. Luka yang besar dapat mengancam nyawa.
     S - Sakit.
Jangan memaksa meraba tulang panggul jika nyeri.

(6)    Anggota gerak
Ekstremitas sering mengalami cedera :
     B-Bentuk
Karena dekat permukaan, kelainan bentuk mudah dilihat pada lengan maupun tungkai. Biasanya kelainan bentuk berarti patahnya tulang, karena itu jangan digerakkan dulu.
     T-Tumor
Tidak selalu pembengkakan berarti adanya patah tulang.
    L-Luka terbuka
Apabila ada luka yang berdarah aktif (masih berdarah terus), maka diperlukan tekanan langsung.
    S - Sakit
   Rasa nyeri sering berarti bahwa ada sesuatu yang salah, mungkin keseleo, ataupun patah tulang. Apabila penderita masih dapat menggerakkan anggota gerak yang sakit itu, maka kerapkali tidak ada keseleo ataupun patah tulang. Bila ada patah tulang maka anggota gerak itu harus dibidai. Anggota gerak badan juga diperiksa dengan merasakan nadi setiap anggota gerak. Denyutan nadi radialis yang baik menandakan bahwa peredaran di seluruh tubuh lancar. 
   Terdapat 2 nadi di kaki yang dapat diraba, yaitu nadi dorsalis pedis dan nadi tibialis posterior. Kemampuan untuk bergerak pada anggota gerak seperti menggoyang-goyangkan jari tangan atau jari-jari kaki juga tanda yang penting untuk dilihat. Bila dapat dilakukan pergerakan dengan sempurna, mungkin seluruh sistem syaraf dalam keadaan baik. Tidak adanya pergerakan di satu anggota gerak dapat menunjukkan adanya masalah dengan sistem saraf pusat.

(7)    Pemeriksaan bagian belakang
Untuk memeriksa bagian belakang penderita :
     B-Bentuk
Periksalah kese-garis-an tulang belakang, dan adanya kelainan bentuk iga bagian belakang.
     T-Tumor
     L-Luka terbuka
Luka terbuka pada bagian punggung diperlakukan sama seperti luka pada luka dada.
   S- Sakit
Nyeri pada tulang belakang mungkin karena ada patah tulang belakang. Nyeri pada daerah iga mungkin berarti patahnya tulang iga.

ASUHAN KEPERAWATAN VENTILASI MEKANIK

ventilator
Ventilator

PENDAHULUAN

Ventilasi mekanik (VM) adalah suatu alat yang mampu membantu  (sebagian) atau mengambil alih (semua) pertukaran gas paru untuk mempertahankan hidup.

Ventilasi mekanik biasa digunakan untuk meningkatkan ventilasi alveolar dengan demikian mengurangi regangan pernafasan pada penderita yang pernah mengalami kegagalan pernapasan.

Ventilator diklasifikasikan sesuai dengan cara mengakhiri fase inspirasi:
  1. Volume-cycled mengakhiri fase inspirasi setelah memberikan sejumlah volume udara praset tertentu.
  2. Pressure-cycled mengakhiri fase inspirasi setelah memberikan sejumlah tekanan praset tertentu.
  3. Time-cycled mengahiri fase inspirasi setelah praset waktu tertentu.
Dua pembagian dasar ventilator, yaitu:
  1. ventilator tekanan negative.
  2. Ventilator tekanan positif.

1.    Ventilator tekanan negative.
  •  Membantu lingkungan negative sekeliling dada, mengakibatkan udara masuk paru.
2.    Ventilator tekanan positif.
  • Membantu tekanan positif dalan jalan nafas sehingga udara masuk paru.
  • Ada 2 kelompok, yaitu: (1) ventilator yang memberi gas dengan volume besar, tekanan tinggi dan frekuensi rendah (ventilator biasa), (2) ventilator dengan volume kecil, tekanan rendah, memakai frekuensi tinggi (high frequency ventilator).

Indikasi Ventilasi Mekanik :
A. Kegagalan ventilasi.
  • Neuromuscular disease.
  • Central nervous system desease.
  • Defresi system saraf pusat (cardiac arrest).
  • Musculosletal disease.
  • Ketidakmampuan torak untuk ventilasi (trauma dada).
B.    Kegagalan pertukaran gas.
  • Gagal nafas akut.
  • Gagal nafas kronik.
  • Gagal jantung  kiri.
  • Penyakit paru-gagal disfungsi.
  • Perfusion mismatch.
Ventilator Yang Ideal
Volume atau time cycled
Vt     =   10   –    200 ml (bayi)
               50  –    500 ml ( anak)
             200  –  2000 ml (dewasa)

Arus gas inspirasi variable (sampai 150 liter/menit untuk dewasa). 
Rasio I : E variable
Pembatasan takanan inspirasi tertinggi
  •  60   torr (bayi)
  •  100   torr (anak, dewasa)
Cara : 
Control, assist, IMV (Intermitten Mandatory Ventilation).
Peep atau CPAP sampai paling sedikit 50 cm H2O.
Frekuensi : 0 – 60 x/menit.
Alarm      : tekanan jaringan nafsa minimum dan maksimum.
  • Kadar O2.
  • Suhu gas inspirasi.
  • Tinggi air nebulizer/humidifier.
  • Power failure (listrik, preumatik).
“SETTING” VENTILATOR YANG DIUSULKAN
  1. Volume tidal (Vt): 12-15 ml/kg. vt besar diperlukan untuk mencegah atelaktase dan untuk mempertahankan oksigenisasi.
  2. Ratio untuk inspirasi : ekspirasi (I : E – 1 : 2)
  3. Waktu inspirasi kurang dari 1/3 dari cycle ventilasi dianjurkan mengurangi tekanan intratorakal dan depresi hemodinamik. Waktu inspirasi yang lebih lama kadang-kadang diperlukan (I : E – 1 : 3 – 1 : 5) untuk mencegah air trepping pada COPD.
  4. Arus (flow rate) inspirasi – 40 LPM.
  5. Arus inspirasi yang rendah baik untuk mencegah turbulensi dan mendekati laminar flow.

ASUHAN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN

1.  Riwayat adanya faktor penyebab, kondisi yang menyebabkan ketidakadekuatan ventilasi, sebagai contoh:
  • Syok.
  • Penyakit kronos, cidera intrakranial, atau obat-obatan yang menekan berat sistem saraf  pusat.
  • Penyakit yang merusak otot-otot pernafasan (meastina gravis, polineuritis, polimielitis).
  • Trauma dada.
  • Penyakit paru (emboli paru, PPOM).

2.    Pemeriksaan fisik.
  • Tanda vital.
  • Hipoksia.
  • Frekuensi dan pola pernafasan.
  • Bunyi nafas.
  • Status neurologis.
  • Fungsi paru.

3.    Pemeriksaan diagnostik.
  • Gas darah arteri (GDA) dapat menunjukkan hipoksemia berat (PaO2 dibawah 50 mmHg) dan hipercapnea (PaCO2 diatas 50 mmHg).
  • Foto dada.
  • Pemeriksaan fungsi paru.
  • Status nutrisi dan elektrolit.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
  1. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan penyesuaian pengaturan ventilator.
  2. Ketidak efektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan pembentukan lendir akibat ventilasi mekanik tekana positif.
  3. Resiko terhadap trauma dan infeksi berhubungan dengan intubasi ETT, trakeotomi.
  4. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan ketergantungan ventilator.
  5. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan tekanan selang ETT, pemasangan ventilator.
  6. Koping individu tidak efektif dan ketidakberdayaan berhubungan dengan ketergantungan pada ventilator.
INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI
1.    Meningkatkan pertukaran gas.
  • Memeprtahankan ventilasi alveolar / pengiriman O2.
  • Mengkaji pertukaran gas yang adekuat.
  • Mengkaji tanda-tanda hipoksia.
  • Suctioning dan fisioterafi dada.
  • Auskultasi paru dan interprastasi AGDA.

2.    Membersihkan jalan nafas.
  • Mengidentifikasi adanya sekresi, auskultasi 2-4 jan sekali.
  • Melakukan tindakan pembersihan jalan nafas, suctioning, fisioterapi dada, perubahan posisi sering, peningkatan mobilitas.
  • Humidifikasi.
  • Coronkodilatos.

3.    Mencegah trauma dan infeksi.
  • Memelihara selang ETT dan trakeostomi.
  • Melakukan higiene oral.
  • Waspadai aspirasi- selang nasogastrik.
  • Meninggikan kepala.

4.    Meningkatkan mobilisasi optimal.
  • Latihan rentang gerak pasif/aktif.

5.    Meningkatkan komunikasi optimal.
  • Kembangkan komunikasi alternatif.
  • Kolaborasi dengan ahli terapi bicara.
  • Menggunakan pendekatan komunikasi: membaca gerak bibir, kertas/pensil, gerak tubuh, papan komuniksai.

6.    Meningkatkan kemampuan koping.
  • Mendorong klien mengungkapkan perasaan.
  • Memberikan penjelasan prosedur.
  • Mengalihkan perhatian: menonton tv.
  • Menggunkan teknik penurunan stress (relax).


DAFTAR PUSTAKA

FKUI, 1989, Penatalaksanaan Pasien di ICU, Jakarta, FKUI.
Barbara Engram, 1998, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Volume 1, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Penanganan pertama pada anak "Kejang Demam"

kejang_demam
Kejang_demam
Kejang memang merupakan suatu peristiwa yang menakutkan bagi para orang tua. Kejang yang sering terjadi pada anak adalah kejang demam, yaitu kejang yang terjadi pada saat anak demam tinggi (biasanya di atas 38,5ºC) dengan usia rata-rata 3 bulan sampai 5 tahun.

Meskipun demikian, kejang demam bukanlah hal yang perlu dikhawatirkan, karena tidak berbahaya bagi anak. Ketidaktahuan orang tua sering mengakibatkan kepanikan dan tindakan yang sebetulnya tidak perlu.

Batasan :

Semua bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu (lebih dari 38,5oC rektal), pada anak usia 3 bulan – 5 tahun tanpa adanya kelainan proses intra kranial.

Spektrum penyebab:

Adalah kenaikan suhu akibat proses ekstra kranial

Patogenesis:

Akibat suhu tinggi → kebutuhan oksigen dan glukose (metabolisme basal) meningkat → perubahan membran potensial sel → loncatan listrik yang berlebihan akibat difusi ion kaliun dan natrium yang melalui membran tadi → bangkitan kejang.



Apa itu kejang demam dan penyebabnya?

Kejang demam adalah kejang yang disebabkan oleh peningkatan suhu tubuh (di atas 38,5ºC). Demam selalu terjadi pada saat tubuh mengalami infeksi, baik infeksi virus maupun bakteri. Kejang demam kerap terjadi pada anak yang memiliki riwayat kejang demam pada keluarga. Artinya jika kita mempunyai seorang anak mengalami kejang demam, maka besar kemungkinan anak kita yang lain juga akan mengalami kejang demam, atau jika kita dulu pernah mengalami kejang demam saat bayi/balita maka kemungkinan besar anak kita juga akan mengalami hal yang sama.

Apa yang terjadi saat anak mengalami kejang demam?

Kejang memang suatu yang menakutkan bagi orang yang baru pertama kali melihat. Pada saat kejang seluruh tubuh tampak kaku, punggung melengkung dan kehilangan kesadaran. Mata mendelik ke atas dan keluar air liur/busa dari mulut. Setelah itu terdapat gerakan kelojotan dari tangan dan kaki, terkadang terdapat kekakuan otot yang berlebihan sehingga anak tidak dapat bernapas dan tampak biru. Serangan seperti ini sebagian besar hanya berlangsung beberapa menit dan berhenti sendiri. Setelah serangan anak tampak mengantuk dan tertidur. Jarang sekali kejang demam berlangsung lebih dari 10 menit.

Apakah kejang demam suatu hal yang serius?

Kejang demam bukan suatu hal yang berbahaya dan tidak mengakibatkan kerusakan otak pada anak. Kejang yang berlangsung kurang dari 15 menit, jarang mengakibatkan masalah. Tetapi kejang yang terjadi lebih dari 30 menit akan mengakibatkan kerusakan otak. Kejang demam tidak selalu memerlukan perawatan di rumah sakit. Anak perlu dirawat, jika terdapat demam yang sangat tinggi (lebih dari 40ºC) atau kejang yang berulang/lama. Kunjungan ke dokter tetap diperlukan untuk mengetahui penyebab demam.

Apa yang harus dilakukan jika anak saya mengalami kejang?
  1. Miringkan anak pada salah satu sisi tubuhnya, supaya anak tidak tersedak oleh air liurnya dan dapat bernapas dengan baik.
  2. Longgarkan baju yang terlalu ketat, bersihkan segala sesuatu yang terdapat pada mulut (air liur, sisa makanan, dll.)
  3. Jangan meletakkan apapun ke dalam mulut (orang tua sering memasukkan sendok ke dalam mulut, hal ini akan mengakibatkan gigi patah). Anggapan bahwa lidah akan tergigit atau anak akan tersedak oleh lidahnya sendiri pada saat kejang, sama sekali tidak benar.
  4. Jangan memberikan apapun melalui mulut (minum atau obat) pada saat anak kejang.
  5. Jangan mencoba untuk menahan gerakan-gerakan anak pada saat kejang, berusahalah untuk tetap tenang.
  6. Kejang akan berhenti dengan sendirinya. Amati berapa lama anak anda kejang.
  7. Usahakan untuk menurunkan suhu tubuh anak anda dengan mengkompres tubuh anak dengan air hangat atau air biasa.
  8. Ukurlah suhu tubuh anak anda pada saat itu, hal ini bisa menjadi pegangan anda untuk mengetahui pada suhu tubuh berapa anak anda akan mengalami kejang.
  9. Hubungi petugas kesehatan jika kejang berlangsung lebih lama dari 10 menit.
  10. Jika kejang telah berhenti, segeralah ke dokter untuk mencari penyebab dan mengobati demam.

Apa yang harus dilakukan jika anak saya pernah mengalami kejang demam?

Jika anak anda pernah mengalami kejang, sebaiknya selalu sediakan obat penurun panas, thermometer dan obat anti kejang yang dimasukkan melalui dubur. Mintalah dokter anda untuk mengajarkan bagaimana cara memasukkan obat anti kejang tersebut. Berikan segera obat penurun panas jika anak anda mulai demam. Ukurlah suhu tubuh anak, jika anda sudah mengetahui pada suhu berapa anak anda kejang, maka anda bisa menyiapkan obat anti kejang dan mempersiapkan diri untuk tidak panik.

Apakah setelah kejang demam yang pertama, anak saya akan mengalami kejang demam lagi?

Ada beberapa faktor resiko seorang anak akan mengalami kejang demam berulang. 
Faktor resiko tersebut adalah :
  1. Terdapat riwayat kejang demam dalam keluarga.
  2. Usia anak kurang dari 18 bulan.
  3. Suhu badan tidak begitu tinggi pada saat kejang.
  4. Jarak antara mulainya demam dengan kejang. Makin pendek jarak tersebut, maka kemungkinan berulangnya kejangsemakin besar.

Poin 3 dan 4 perlu mendapat perhatian khusus karena sebagian besar orang tua belum menyadari bahwa anaknya demam/sakit, sehingga obat penurun panas belum diberikan kejang sudah terjadi. Jika terdapat semua faktor resiko di atas, maka kemungkinan kejang berulang sebesar 80%. Tetapi jika hanya salah satu faktor resiko, maka kemungkinan berulangnya kejang hanya sebesar 10-15%. Kemungkinan terbesar berulangnya kejang demam adalah dalam 1 tahun pertama sejak pertama kali timbul kejang demam.

Jika anak saya kejang demam, apakah berarti menderita epilepsi (ayan)?

Kejang demam bukan epilepsi, meskipun terjadi berulang kali, dan bukan juga penyakit yang disebabkan guna-guna atau kutukan. Seorang anak dikatakan menderita epilepsi jika mengalami kejang tanpa demam sebanyak 2 kali atau lebih.

Apakah anak saya akan menderita epilepsi di kemudian hari?

Kejang demam tidak menyebabkan epilepsi. Seorang anak dengan kejang demam mempunyai resiko 10 kali lebih besar menderita epilepsi di kemudian hari dibandingkan anak normal. Tetapi secara umum, resiko terjadinya epilepsi hanya sebesar 2-4% dari seluruh populasi anak normal.

Apakah kejang demam bisa dicegah dengan obat-obatan?


Sebagian besar kejang demam tidak memerlukan pengobatan anti kejang jangka lama seperti pada epilepsi. Obat anti kejang yang diminum terus menerus tentu mengakibatkan efek samping. Ada beberapa jenis kejang demam yang memerlukan pengobatan terus menerus, diskusikan secara detail dengan dokter anda mengenai hal ini.

Hal yang terpenting bagi kita sebagai orang tua adalah tetap bersikap tenang dalam menghadapi kejang, dan mintalah keterangan sebanyak-banyaknya dari dokter untuk lebih meyakinkan kita. Pengetahuan yang baik tentang kejang demam, membuat orang tua tidak mudah panic, lebih siap, percaya diri dan bisa mengantisipasi kemungkinan terjadinya kejang demam berulang pada anak.

P3K (Pertolongan Pertama pada Kecelakaan) untuk anak tersedak

ANAK TERSEDAK
Tersedak
TERSEDAK


Melihat anak megap-megap atau batuk-batuk karena tersedak, tentu membuat orangtua panik dan kadang tak tahu apa yang mesti dilakukan. Anak-anak dengan reflek menelan yang belum sempurna lebih mudah tersedak benda kecil, saat mereka tengah asyik mengeksplorasi dunia sekitarnya. Bisa jadi, Anda tak sedang mengawasinya saat ia memasukkan benda ke mulutnya, tiba-tiba Anda hanya melihatnya sedang terbatuk-batuk, sulit bernapas, atau pucat hingga kebiruan.

Bagi anak yang lebih besar, mereka biasanya memegang tenggorokan sambil berusaha bernapas. Lebih berat lagi, mereka bisa tak sadarkan diri.

Oksigen berkurang

Ketika seseorang tersedak, wajahnya akan berubah merah dan tampak berusaha untuk mengatur napas, pembuluh darah wajah juga akan terlihat jelas. Biasanya ia akan memegangi tenggorokan, sementara kulitnya makin pucat, bibir dan ujung telinga serta hidung menjadi kebiruan. Ini disebabkan jumlah oksigen yang dihirup berkurang

Yang harus dilakukan

Sebelum melakukan pertolongan pertama, katakan pada si anak setenang mungkin langkah apa yang akan Anda lakukan.

Pertama, perintahkan anak untuk membatukkan benda yang menyebabkan tersedak. Batuk yang cukup kuat diperlukan untuk mengeluarkan benda penyebab tersedak. Bila anak masih bisa bicara, Anda bisa lebih tenang karena umumnya mereka bisa mengeluarkan benda hanya dengan membatukkannya. Jika dengan batuk, benda penyebab tersedak tidak juga bisa keluar. Mintalah ia batuk sambil membungkuk atau posisi kepala lebih rendah agar gaya gravitasi membantu ia mengeluarkan benda tersebut. Jika tidak berhasil juga, lakukan tindakan pertolongan dengan manuver Heimlich. Manuver Heimlich adalah tindakan yang dikenal dapat menolong orang yang tersedak

Manuver Heimlich untuk bayi kurang dari 1 tahun

    Baringkan bayi dengan wajah menghadap ke bawah dan jari-jari tangan kanan Anda menahannya di bahu dan leher bayi, dengan lengan bawah kiri sebagai landasan.
    Lalu berilah lima kali tepukan di punggungnya dengan tangan yang satunya.
    Jika ini gagal, balikkan badannya hingga wajahnya menghadap Anda, lalu dengan dua jari Anda, tekan sebanyak lima kali di tulang dada bagian bawah, kurang lebih satu jari dari garis yang dibentuk oleh kedua puting susu bayi.
    Periksa mulut dan ambil semua benda yang dapat Anda lihat
    Ulangi sesering mungkin jika diperlukan.
    Bila bayi tidak sadar, mulailah resusitasi dan bawalah ke rumah sakit.

Manuver Heimlich untuk anak lebih dari 1 tahun dan dewasa

    Berdiri di belakang anak, carilah bagian bawah iganya.
    Letakkan telapak anda di perut anak di atas pusarnya dan buat kepalan. Bagian jempol berada pada perut anak.
    Letakkan telapak tangan sisi lain di atas kepalan.
    Tekan perut ke arah atas sampai benda terpental ke luar. Perhatikan kekuatan tekanan sesuai keadaan fisik anak.

Sumber: webmd dot com

Referensi

    Choking: First aid. First Aid Guidelines available at mayoclinic dot com
    Buku pelatihan resusitasi untuk bayi dan anak. Ikatan Dokter Anak Indonesia.2003
    Choking. Available at merck dot com.

Labels

Popular Posts

 
Support : Your Link | Your Link | Your Link
Copyright © 2013. GADAR - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger